Selasa, 04 Mei 2010

RITUAL ASAH DOMPET


Udah lama nggak nulis cacatan.... eh tacacan... owwalaaaahh... catatan. Baiklah langsung saja ke paragraf pertama, kalimat pertama, kata pertama, klik ENTER.

Asal muasalnya adalah ritual. Biasanya tiap akhir bulan banyak mahasiswa melakukan ritual. Yaitu ritual asah dompet. Kalau asah keris biar kerisnya tajam, kalau asah dompet biar dompetnya tebal. Ada bermacan-macam ritual asah dompet ini, salah satunya dengan mesin ATM, sowan ke orang tua di kampung, atau bahkan nyopet dan ngerampok. Pilihan yang terakhir tidak dianjurkan karena selain dompet tebal, catatan dosa kita juga ikut tebal. Saya pilih yang ke dua, sowan ke orang tua atau pulang kampung.

Pulkam kali ini saya naik bus. Kebetulan sisa uang masih lumayan, kebetulan juga naiknya bus AC patas. Karena ber-AC jadi ilmu kebo saya semakin terasah. Begitu naik dan duduk di kursi yang empug paling belakang, saya langsung tertidur. Nggak terasa dan benar-benar pules. Entah sudah tertidur berapa jam kemudian saya terbangun. Ketika terbangun dalam keadaan masih belum sadar benar saya melihat ke samping jendela bus. Mau melihat ke luar, mau tahu perjalanan sudah sampai mana. Pandangan saya terhalang air yang mengalir cukup deras pada kaca jendela bus. Nampaknya tengah hujan. Ingin rasanya kembali tidur karena masih ngantuk. Tetapi saya kaget ketika menjumpai bahwa hanya saya sendirian di dalam bus. Ke mana penumpang yang lainnya? Supir bus pun tidak ada. Berusaha bangkit dari kursi, tak lama kemudian masuk seseorang membawa ember dan sapu. Orang tersebut acuh saja melihat saya kebingungan. Dia tengah asyik menyapu kolong-kolong kursi dan membersihkan lantai bus. Segera saya berjalan menuju pintu bus dan keluar dari bus. Begitu di luar saya baru tahu kalau bus yang saya naiki tadi tengah dicuci .Beberapa orang tengah mengguyur bus dari atas dengan selang. Kemudian saya melihat ke sebuah papan besar bertuliskan TERMINAL TEGAL.

Catatan : perjalanan saya kali ini bisa dibilang kebablasan. Seharusnya saya berhenti kurang lebih 5 kilometer sebelum terminal dan jalan kaki sebentar untuk sampai di rumah. Karena kebablasan saya perlu naik angkot dulu dan kemudian tetap berjalan kaki sampai rumah. Sebenarnya ini bukan masalah kebablasannya atau ritualnya. Tetapi yang jadi masalah, kok tega-teganya saya dibiarkan tertidur di dalam bus yang sedang dicuci.

Artikel Terkait



3 komentar:

  1. yg jadi mslh bukany mereka yg ngebiarin km tdr...tp penyakit "ngebo" km yg akut...!!!

    BalasHapus
  2. Buku holic: baiklah teman hehe
    andri pluto: sekarang sudah sembuh penyakitnya hehe

    BalasHapus