Jumat, 09 November 2012

KISAH NYATA YANG MENGHEBOHKAN! (SALAH SATU BUKTI AKAN KETIDAKADILAN DI NEGERI INI)


Malam ini mereka mengamuk. Mereka menuduh bahwa aku sengaja membunuh salah satu teman mereka. Padahal tindakanku adalah murni karena membela diri saja. Tidak ada niatan sengaja membunuh apalagi sampai merencanakan pembunuhan tersebut.
Memang tidak ada bukti kuat yang menunjukan bahwa korban telah terlebih dahulu melakukan penganiayaan terhadapku. Tidak ada saksi mata yang melihat.Kejadiannya begitu cepat.
Namun mereka tidak mau tahu. Mereka marah. Bahkan main hakim sendiri. Mereka mengeroyokku. Asas praduga tak bersalah tak berlaku di sini. Darah ditanganku cukup bagi mereka untuk memutuskan bahwa aku telah bersalah. Mungkin ada salah satu provokator di antara mereka, tapi entah yang mana.
Sungguh tidak adil bagiku! Kalian seharusnya dengarkan dulu penjelasanku. Aku hanya membela diri. Di manakah keadilah di negara ini?
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Malam itu sekitar pukul sepuluh malam aku duduk-duduk sambil menonton acara televisi. Sebenarnya mata sudah agak berat tetapi acara di televisi sangat menarik dan kutahan rasa kantukku. Hingga tanpa sadar pintu rumah belum terkunci, bahkan sedikit terbuka. Aku yang tengah asyik dengan acara televisi tidak menyadari kehadirannya. Dia masuk secara perlahan lewat pintu ruang depan, sedangkan aku di ruang tengah. Pelan-pelan dia menuju ruang tengah dan mendekatiku dari belakang dan aku masih belum menyadarinya. Hingga akhirnya, di leherku, 'cuuuuuusssssssss'. Darahku berdesir. Jantung seakan berhenti. Tetapi puji syukur untungnya tanpa menegok terlebih dahulu tanganku reflek bergerak.
'PLOK!!!'
"Nyamuk kurang ajar. Mampus!". gerutuku. Kesal. Khilaf. Gelap mata.
Dan tahu-tahu nyamuk itu telah bersimbah darah. Entah itu darah dia atau darahku. Dia tergeletak tak berdaya jatuh dilantai. Aku mendekatkan kepalaku untuk melihat lebih jelas bagaimana keadaannya. Mungkin saja dia masih hidup dan masih bisa tertolong. Semakin dekat kulihat. "Ah, tidak mungkin tertolong lagi, bahkan badannya sudah gepeng", batinku. Menyesal.
Tidak lama kemudian muncul berbondong-bondong nyamuk-nyamuk lainnya. Ya, kemudian malam itu banyak nyamuk-nyamuk mengamuk dan main hakim sendiri.    
read more “KISAH NYATA YANG MENGHEBOHKAN! (SALAH SATU BUKTI AKAN KETIDAKADILAN DI NEGERI INI)”

JODOH = NGANGKOT


Milih jodoh atau nunggu jodoh atau menjemput jodoh, entah apapun itu istilahnya, itu seperti nunggu, milih atau naik angkot. Langsung saja ya kita bahas persamaannya :
1. Kalau nunggu angkot atau mau naik angkot itu yang harus dilakukan pertamakali adalah persiapkan diri kamu. Jelas dong kalau mau pergi ya harus siap-siap dulu. Pakai pakaian yang pantas, bawa uang, dan siap mental buat dempet-dempetan dalam angkot. Kan nggak lucu mau naik angkot tapi masih pakai daster, nggak bawa duit pula, dan nggak siap mental buat bergerah-gerah ria. Sama juga kalau mau dapet jodoh ya harus mempersiapkan diri dulu, baik dari segi penampilan, hingga mental kita. Kalau cowok lebih bagus persiapkan materi juga.
2. Kalau nunggu angkot itu nunggunya di pinggir jalur jalan sebelah kiri. Artinya adalah harus satu jalur. Nah, kalau mau dapet jodoh orang baik-baik ya banyak-banyakin bergaul sama orang-orang baik. Sering ke tempat ibadah, organisasi yang kegiatannya positif. Apa mungkin, maunya cari jodoh yang baik tapi nyarinya di diskotik, nggak satu jalur ya nggak akan ketemu.
3. Pilihlah angkot yang tujuannya jelas. Biasanya ada tulisan di kaca depan kan, kayak contohnya "Sampangan-Kalibanteng", nah kan jelas itu angkot mau ke mana tujuannya, lewat mana aja. Jangan sampai deh nyasar-nyasar nggak jelas. Sama kayak pilih jodoh, pilihlah orang yang hidupnya punya tujuan yang jelas. Kan beda tuh orang yang punya tujuan hidup dan yang enggak. Yang nggak punya tujuan bisa dipastikan dia madesu, masa depan suram. Nah yang punya tujuan juga madesu, tapi madesu-nya beda, yaitu masa depan sukses.
4. Pilihlah angkot yang sudah siap berangkat atau yang penumpangnya hampir penuh, jangan yang kosong. Jadi nggak ada acara pakai mangkal segala kayak bencong. Nah, sama kayak pilih jodoh, pilih orang yang sudah siap baik secara fisik, mental, dan kalau cowok lebih baik sudah mapan. Siap secara fisik harus dong, nggak mungkin kan anak SD kita ajak nikah. Kemudian kesiapan mental juga penting banget, biar kuat dalam mengarungi samudra cinta yang ombaknya banyak. Orang nikah itu gurihnya nggak ketulungan, tapi cobaanya juga nggak mudah (katanya sih gitu). Nah kemudian kesiapan materi atau harta. Ini juga penting banget nih, karena kita hidup bukan di dunia sinetron, yang bisa kasih makan anak istri pakai semur cinta atau sate sayang. Dan agama juga menganjurkan kita untuk kaya, karena Allah lebih menyukai seorang muslim yang kuat dan kaya, dibanding muslim yang lemah dan miskin. Bukankan tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah?
Nah kalau sudah siap nggak perlu waktu lama langsung aja deh ke KUA. Saaahhhh.
5. Kalau naik angkot kita harussssss???????? ....................................................................... Iya pinter. Kita harus bayar. Nah kalau mau nyari jodoh bayarnya gimana? Ya dengan doa dan sedekah. Insya Allah dapet jodoh yang terbaik dan langgeng. Amin.
Dari 5 hal di atas ada satu tambahan lagi. Kalau naik angkot kita harus punya rasa saling menghormati dengan penumpang lain, maka kita harus punya rasa sayang dan cinta dengan jodoh kita. Terserah rasa cinta itu datang di awal atau nanti sambil jalan itu tergantung kita dan keadaan. Yang penting "tanah" cinta harus dipupuk biar "pohon" kebahagiaan tumbuh subur.
Sekian.
read more “JODOH = NGANGKOT”

Selasa, 30 Oktober 2012

dari DUKA CITA dengan CITA-CITA menjadi SUKA CITA


GANTUNGKAN CITA-CITAMU SETINGGI LANGIT.
Bukan aku yang bilang begitu. Itu kata Bung Karno. Seorang bapak bangsa kita yang sangat kesohor di seluruh dunia. Bung Karno memilih kata langit. Sesuatu yang sangat tinggi dan merupakan titik tertinggi dari dunia. Langit yang beliau pilih, bukan awan, bukan pula gunung, apalagi atap rumah. Itu artinya adalah letakan cita-cita kita di titik tertinggi potensi dan keinginan kita. Yang menyedihkan adalah banyak orang-orang yang untuk sekedar bercita-cita saja dia takut. Jika Bung Karno menyuruh bercita-cita setinggi langit, menetapkan cita-cita setinggi atap rumahpun dia tidak berani.
Dia bilang, "Nggak usah muluk-muluk, kalau nggak kesampaian nanti bisa gila". Padahal apa kalian pernah lihat orang gila karena gagal menggapai cita-citanya?
Terus dia bilang, "Ah, akukan hanya anak orang miskin. Mana mungkin bisa jadi presiden?" padahal mantan perdana menteri Australia Kevin Rudd adalah seorang anak petani.
Mereka terjebak dalam logikanya. Padahal cita-cita adalah sebuah keinginan hati. Buah dari imajinasi. Menurut Albert Einstein, “Logika akan membawa anda dari titik A ke titik B. Tetapi imajinasi akan membawa anda ke manapun.” Jadi janganlah terperangkap dengan logika dan fakta diri kita sendiri yang hanya akan membatasi kita dalam bercita-cita. Terlahir dengan penuh keterbatasan itu bukanlah pilihan kita, tetapi kita berhak memilih apakah nantinya kita menjadi orang sukses atau orang gagal. Tidak ada yang tidak mungkin selama kita masih menjadi makhluk Tuhan. Karena Tuhanlah yang menjadikan segalanya menjadi mungkin, kita hanya perlu meminta sambil terus berusaha.

Chairul Tanjung (CT) bercita-cita menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara adidaya bersama Amerika dan China di tahun 2030. Gila bukan? Di tengah kondisi negara kita saat ini CT memiliki impian yang tidak tanggung-tanggung, bahkan sebagian besar orang pasti menganggapnya sebagai khayalan semata. Tapi ya itulah CT. Salah satu orang tersukses dan terkaya Indonesia itu selalu optimis dalam mewujudkan cita-citanya.

Pada hari sumpah pemuda inilah sebuah momen yang baik bagi kita untuk bercita-cita dan berusaha menggapainya. Kita harus bangkit dan terus berlari. Kita berhenti berlari bukan karena lelah, tetapi apabila kita telah mencapai garis finish. Pemuda Indonesia selain harus bercita-cita juga harus memiliki tiga kecerdasan. Yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Intelek saja tetapi buruk dari segi emosi maka akan mudah terprovokasi dan membuat kekacauan. Cerdas intelektual dan emosional saja tetapi buruk dalam spiritual maka akan mudah berbuat tidak benar dan tergerus budaya korupsi. Cerdas spiritual saja tetapi buruk dalam intelektual dan emosional maka hampir bisa dipastikan akan mengalami kecacatan dalam ekonomi dan menjadi beban bagi umat dan bangsa.
Jadi ketiga unsur tadi harus dimiliki secara mutlak agar dapat membawa bangsa ini menjadi lebih baik. Mari para pemuda, bercita-citalah dan asah terus kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual kita.

SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA.
Ditulis pada 28 oktober 2012.
read more “dari DUKA CITA dengan CITA-CITA menjadi SUKA CITA”

Sabtu, 27 Oktober 2012

SUMPAH PEMUDA atau SAMPAH PEMUDA?

SUMPAH PEMUDA:
Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Pada 28 Oktober 1928 para pemuda merumuskan tiga sumpah tersebut yang menjadi bukti otentik lahirnya sebuah bangsa yang bersatu dalam memperjuangkan kemerdekaan. Mohammad Yamin dan kawan-kawan, mereka adalah pahlawan nasional yang telah membulatkan tekad untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia, menjadi bangsa yang merdeka.

Apa jadinya jika dulu pejuang bangsa Indonesia penuh dengan kepura-puraan? Mereka bisa saja berpura-pura tidak tahu nasib rakyat. Kebanyakan dari mereka adalah golongan bangsawan, orang terpelajar, hidup di atas garis kemelaratan. Saat bangsa dijajah mereka masih bisa sekolah, masih bisa makan makanan yang layak, dan masih terjamin keamanannya. Mereka bisa saja menutup mata, berpura-pura tidak melihat kesengsaraan rakyat jelata. Mereka bisa saja menutup telinga, berpura-pura tidak mendengar deru peluru yang terkadang menghadang para rakyat jelata yang tidak mau patuh kepada penjajah. Mereka bisa berpura-pura begitu jika mau. Tetapi tidak dengan para pahlawan kita itu. Mereka justru memimpin rakyat untuk melawan, dan memilih jalan kemerdekaan meski resikonya hilang nyawa dan harta. Itulah para pahlawan kita yang luhur. Kepura-puraan bukan pilihan mereka.

Namun, negara yang dibangun dengan modal kejujuran dan ketulusan para pahlawan kini justru berdiri di atas kepura-puraan para penikmat kemerdekaan.

Yang kaya pura-pura miskin. Gaji dan tunjangan sudah sangat besar, tetapi masih pura-pura miskin dan korupsi sana-sini. Penghasilan di atas rata-rata, tetapi masih pura-pura miskin dan tidak membayar pajak sesuai dengan ketentuan. Kekayaan sudah melimpah, tetapi masih pura-pura miskin dan enggan untuk bersedekah. Uang sudah berkecukupan tetapi masih pura-pura miskin dan menggunakan fasilitas-fasilitas yang seharusnya hanya diperuntukan bagi yang memang benar-benar miskin (mobilnya Alphard kasih minumnya pake premium)

Yang miskin pura-pura kaya. Gaji kecil, tetapi pura-pura kaya dan menjalankan pola hidup konsumtif, hedonisme. Penghasilan kecil, tetapi pura-pura kaya dan malas bekerja.

Yang pintar pura-pura bodoh. Sudah tahu uang rakyat dikorupsi, tetapi pura-pura bodoh dan hanya diam dalam dekapan kekuasaan. Sudah tahu rekan kerja melakukan kesalahan, tetapi pura-pura bodoh dan mendiamkan saja tanpa membetulkan karena senang jika melihat orang lain susah dan susah jika melihat orang lain senang. Pintar dalam sebuah disiplin ilmu tetapi pura-pura bodoh dan tidak bersedia membagi ilmunya kecuali dengan sebuah imbalan tertentu.

Yang bodoh pura-pura pintar. Tidak mau mendengar sebuah kritik untuk dirinya. Selalu ingin dianggap hebat meskipun tidak menguasai ilmunya. Sangat mahir berkomentar tetapi tidak mampu bertindak.

"Dunia ini panggung sandiwara." Ahmad Albar, Godbless.

Jadilah pahlawan pasca kemerdekaan. Pilihlah jalan kejujuran dan ketulusan.

Saya teringat apa yang pernah KH. Zaenuddin MZ katakan, "Jangan hanya mau menikmati kemerdekaan, kita juga harus mau mengisi kemerdekaan."

SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA.
Semoga Allah SWT membalas jasa dan pengorbanan pahlawan kita. Amin.

DILARANG SOK jadi PAHLAWAN. Bangkitlah para pemuda!
read more “SUMPAH PEMUDA atau SAMPAH PEMUDA?”

Kamis, 25 Oktober 2012

KORUPSIALAN


Ketika kita bicara korupsi maka bisa dipastikan pembicaraan akan cukup memakan waktu. Dari mulai dimana saja praktek korupsi ini terjadi hingga sampai pada muara pembicaraan yaitu, bagaimana agar korupsi ini bisa hilang. Apa saja yang harus dilakukan? Sebuah harapan kita embankan pada sebuah lembaga pemberantas korupsi, yaitu KPK. Lembaga yang begitu dicintai masyarakat, sebagai tanda betapa masyarakat sangat ingin negara ini bersih dari para maling uang negara. Yang jadi pertanyaan adalah, apakah cukup kita hanya mengandalkan KPK saja? Apakah KPK mampu memberantas semua korupsi di berbagai lini? Seharusnya kita sadar bahwa korupsi ini sudah menjadi budaya. Sesuatu yang sudah umum terjadi. Sesuatu yang sudah umum dapat menjelma menjadi sesuatu yang samar-samar.
"Aku nggak korupsi kok, uang inikan sebagai imbalan atas keringatku." Begitu mereka bilang. Korupsi menjadi samar.
"Ah, kamu ini sok suci. Sudah terima saja, semua orang kantor juga dapat kok." mereka bilang begitu. Korupsi sudah menjadi hal umum.
Budaya itu tercipta membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Bukan satu, lima atau sepuluh tahun. Lebih dari itu. Begitu juga untuk menghilangkannya, butuh waktu yang lama juga dan dengan cara bertahap. Boleh jadi KPK dapat menangkap para pelaku korupsi, tapi tidak dengan budayanya. Boleh jadi mereka dapat menebang sebuah pohon, tapi tidak sampai mematikan akar-akarnya. Untuk memberantas budaya korupsi ini tidak cukup dengan KPK. Pendidikanlah yang seharusnya berperan di sini. Bisa jadi bobroknya mental kita ini adalah hasil dari kurang seimbangnya pendidikan kita dulu saat masih sekolah. Banyak orang pintar tapi hanya sedikit yang benar. Tameng dalam hati kita tidak cukup kuat untuk melawan arus yang begitu kuat. Seharusnya pendidikan mampu menciptakan sebuah generasi yang pintar, benar, berkarakter kuat. Yang tidak mudah tergiur oleh sesuatu yang bertentangan dengan nurani mereka.
Jadi kenapa kita tidak fokus juga memberantas korupsi dengan sebuah alat ampuh yaitu pendidikan? Percaya atau tidak siapa yang dapat memberantas budaya korupsi ini? Bukan generasi diatas kita, apalagi generasi kita yang sekarang. "Pahlawan" kita itu adalah anak-anak generasi yang akan datang yang sekarang masih duduk di bangku SD. Itu dengan catatan mulai saat ini mereka harus mendapatkan porsi yang lebih besar untuk pendidikan agama dan moral mereka. Sudah saatnya mata pelajaran agama dan moral menjadi mata pelajaran vital, bukan hanya sekedar sebagai mata pelajaran pelengkap kurikulum semata. (Kebayang nggak? Saat kuliah mata kuliah agama hanya ada di semester satu dan dua, itupun hanya dua SKS saja). Mata pelajaran agama, pancasila, dan kurikurum khusus yang mengajarkan tentang bahayanya korupsi pentingnya menanamkan kejujuran terhadap anak-anak. Dengan "doktrin" semacam itu diharapkan saat nanti mereka memegang kendali negara, mereka dapat memutus rantai budaya korupsi yang sudah mengikat dari generasi ke generasi.
Jangan harap semua bisa berubah dalam waktu satu periode kepemimpinan. Tidak ada yang simsalabim, semua membutuhkan proses. Atau jangan-jangan kita ini sudah terlanjur menjadi bangsa yang inginnya serba instan? 
read more “KORUPSIALAN”

TAWURAN = MANUSIA CEMEN


Belum lama ini di kotaku terjadi tawuran antar pelajar. Beberapa pelajar masuk rumah sakit. Setelah bertahun-tahun budaya tawuran hilang belakangan muncul kembali. Dari mulai pelajar hingga mahasiswa.
Saya juga pernah muda. Pernah merasakan bagaimana hiruk-pikuk dunia remaja. Dunia di mana kita tengah menjalani proses pencarian jatidiri. Darah muda, mudah mendidih, berapi-api dan penuh semangat mencari pengakuan diri.
Sebagian ada yang mengatasnamakan kesetiakawanan. Saat kawan mereka dilukai, mereka berbondong-bondong turun ke “medan perang” berniat membalas. Kesetiakawanan yang sebenarnya merupakan penjelmaan dari kesetiasetanan. Setia terhadap sifat balas dendam, kekerasan, dan kemarahan.
Sebagian lagi berperang demi mendapatkan predikat gentlemen. Mereka menjadi lelaki. Melawan rasa takut dan merasa gagah berani dengan membawa beragam senjata semacam rantai, pisau, batu, dan sebagainya.
Dengan ikut tawuran apa layak kalian disebut gentle begitu? Jantan? Pemberani?
TIDAK SAMA SEKALI. Kalian adalah para pengecut sejati. Tidak punya nyali.
Dalam tawuran itu yang berperan bukanlah nyali ataupun teknik bertarung kalian. Faktor keberuntungan atau sial lebih berperan di sana.
Batu melayang, pukulan dari belakang, atau benda tajam yang menerjang dari belakang bisa saja menghantam roboh seorang dengan mental besar sekalipun.
Bertarunglah satu lawan satu, itulah gentlemen.
Datang sendirian, datengin orang yang bikin kita marah, ajak berantem, itu baru gentlemen.
Datang sendiri dengan tangan kosong ngajak berantem, itu baru gentlemen.
Datang berbondong-bondong, bawa senjata, dan menyerang, itu sih bukan gentlemen tapi cemen.
Dan jika kalian mau tahu apa itu gentlemen yang sesungguhnya. Sesungguhnya gentlemen adalah seseorang yang mampu mengalahkan setan. Meredam emosi dan amarah dalam dirinya. Dan memafkan orang yang menyakiti kita. Itulah gentlemen sejati. 

read more “TAWURAN = MANUSIA CEMEN”

Jumat, 19 Oktober 2012

PLAYBOY KARET (BAB VIII - Seorang Lelaki Harus Berani Berperang)


Begitu bangun tidur dia segera menyalakan laptopnya. Membuka email, myspace, twitter, dan facebook. Selama sebulan terakhir ini sangat banyak kiriman email. Kebanyakan dari fans perempuannya, dari yang hanya sekedar say hallo sampai yang sangat ekstrim, dengan mengirimkan foto setengah telanjang dan nomor telpon. Twitter dia juga meningkat pesat followernya, dari hanya diangka ratusan, dalam sebulan terakhir ini sudah mencapai angka ribuan. Sudah setahun, sejak Aden memutuskan untuk pensiun menjadi playboy.  Kini, hampir semua mantan pacarnya menghubunginya kembali. Menulis di wall, ataupun sms. Dia hanya merespon sewajarnya saja. Tidak ada sama sekali di antara mantan pacarnya yang benar-benar membuatnya jatuh cinta, ataupun sekedar membuatnya merasa rindu. Hatinya telah terpatri abadi pada seorang perempuan yang telah diikat dalam sebuah pertunangan oleh laki-laki lain.
Dia membalas semampunya kiriman-kiriman pesan dari fans. Setelah merasa cukup, diraihnya blackberry yang tergeletak sejak malam, tanpa diaktifkan. Setelah dinyalakan rentetan sms dan BBM  masuk satu persatu, kurang lebih selama setengah menit. Itu salah satu faktor penyebab dia malas menyalakan BB-nya yang tidak lelah terus berbunyi.
"Dari mana sih orang-orang itu tahu nomor handphone dan PIN BB-ku?" heran dia.
Sebuah sms menarik perhatiannya di antara ratusan sms lainnya. Segera dibukanya sms tersebut.
From : Dek Ayu.
Mas, temen-temen Ayu pengin foto bareng. Kapan pulang ke semarang? Ayu kangen mas Aden. Salam dari ibu dan bapak.
Segera dibalasnya.
Dek, maaf. Mas masih harus tour sama The Virensu. Sekarang masih di Malaysia. Minggu depan baru selesai tour dan pulang ke Jakarta. Nanti pasti mas sempetin pulang ke Semarang. Oya nanti mas beliin oleh-oleh wingko dan lumpia dari malaysia deh. Salam cinta untuk bapak dan ibu.
Tidak lama kemudian Ayu membalas.
From: Dek Ayu
Mas, memangnya di Malaysia ada wingko dan lumpia juga ya? Waaahhh ... Jadi penasaran rasanya.
Aden segera membalas singkat.
Hahaha.

Ayu sadar tengah dikerjain.

=======================================

Rumah mungil itu semakin terasa sempit malam itu. Bukan karena ini malam minggu dan seperti biasanya ayah Aden mengundang beberapa temannya untuk bermain catur sampai pagi. Malam minggu kali ini jauh lebih ramai dari malam minggu biasanya. Ayu mengundang teman-temannya yang ingin bertemu dan berfoto dengan Aden. Hampir seluruh teman sekelasnya dan beberapa dari kelas lain datang ke rumah. Adik-adik kelas pun tidak ketinggalan datang, meskipun mereka sendiri tak kenal dengan Ayu. Mereka memang mendengar kabar kalau Aden akan pulang, entah tahu kabar itu dari siapa. Ayu yang sebelumnya tertutup dan sangat pendiam, kini menjadi seorang yang tenar di sekolahnya. Kepercayaan dirinya sedikit-demi sedikit mulai tumbuh. Aden melihat perubahan dalam diri adiknya tersebut. Kebahagiaan menyelimuti hatinya.
"Teman-teman, kenalkan ini kakak saya Linggar Radendya." Ayu memperkenalkan, bangga.
"Dia orangnya baik kok. Selain itu juga tidak sombong, rajin nguras kolam, dan suka benerin genteng yang bocor. Jadi nggak usah malu-malu, hehe." Ayu menambahkan, disambut tawa dari teman-teman.
"Silahkan kalau mau foto-foto, tapi urut absen. Dimulai dari kelasku dulu nanti kemudian kelas lain." Ayu berbicara percaya diri. Sorai-sorai kegembiraan terdengar di rumah itu.

===========================
Aden tidak ingin melewatkan sarapan bersama keluarga. Saat-saat yang berharga baginya. Rasa kantuk dilawannya demi melepas rasa kangen pada keluarga.
"Kasihan tuh mas Aden kecapean. Kamu nggak kira-kira kalau ngajak temen, dek." kata bapak.
"Ade juga nggak tahu akan datang sebanyak itu. Sepertinya informasinya bocor." bela Ayu.
"Nggak apa-apa kok, pak. Aden senang ngelakuinnya. Hal kecil yang Aden lakuin, hanya foto dan kasih tanda tangan saja, sudah bisa bikin mereka senang. Dari pada kerja di kantoran, duduk manis, dapat duit, tetapi nggak ngelakuin sesuatu hal pun yang membuat orang lain bahagia."
"Iya bener pak, kalau kerja di kantoran, gimana caranya agar bisa nyenengin orang lain? Kasih tanda tangan ke mereka bukannya senang malah heran, dikira kita gila. Kasih foto pasti dikira narsis. Mentraktir mereka semua? Bisa bangkrut ... krutt... krutt..." Ayu memotong, dengan ekspresi menggemaskan.
Aden, bapak, dan ibu tersenyum melihatnya.
"Ciee .. tumben nih belain kakakmu? Oh iya kan ada yang ikut tenar di sekolahan gara-gara kamu Den." bapak menyindir.
Ayu hanya tersenyum malu, menunduk salah tingkah.
"Tenar di sekolah?" tanya ibu, pura-pura tidak tahu.
"Waaaah, berarti sebentar lagi kalau malam minggu, di rumah ini bukan cuma segerombolan bapak-bapak yang dateng." Aden menggoda, sambil mencolek-colek adiknya itu.     
"Cie .. cie ... bakal ada yang ngapelin." Bapak ikut menggoda.

Hahahahahahahahaha.

-BERSAMBUNG-
read more “ PLAYBOY KARET (BAB VIII - Seorang Lelaki Harus Berani Berperang) ”