Jumat, 19 Oktober 2012

PLAYBOY KARET (BAB VIII - Seorang Lelaki Harus Berani Berperang)


Begitu bangun tidur dia segera menyalakan laptopnya. Membuka email, myspace, twitter, dan facebook. Selama sebulan terakhir ini sangat banyak kiriman email. Kebanyakan dari fans perempuannya, dari yang hanya sekedar say hallo sampai yang sangat ekstrim, dengan mengirimkan foto setengah telanjang dan nomor telpon. Twitter dia juga meningkat pesat followernya, dari hanya diangka ratusan, dalam sebulan terakhir ini sudah mencapai angka ribuan. Sudah setahun, sejak Aden memutuskan untuk pensiun menjadi playboy.  Kini, hampir semua mantan pacarnya menghubunginya kembali. Menulis di wall, ataupun sms. Dia hanya merespon sewajarnya saja. Tidak ada sama sekali di antara mantan pacarnya yang benar-benar membuatnya jatuh cinta, ataupun sekedar membuatnya merasa rindu. Hatinya telah terpatri abadi pada seorang perempuan yang telah diikat dalam sebuah pertunangan oleh laki-laki lain.
Dia membalas semampunya kiriman-kiriman pesan dari fans. Setelah merasa cukup, diraihnya blackberry yang tergeletak sejak malam, tanpa diaktifkan. Setelah dinyalakan rentetan sms dan BBM  masuk satu persatu, kurang lebih selama setengah menit. Itu salah satu faktor penyebab dia malas menyalakan BB-nya yang tidak lelah terus berbunyi.
"Dari mana sih orang-orang itu tahu nomor handphone dan PIN BB-ku?" heran dia.
Sebuah sms menarik perhatiannya di antara ratusan sms lainnya. Segera dibukanya sms tersebut.
From : Dek Ayu.
Mas, temen-temen Ayu pengin foto bareng. Kapan pulang ke semarang? Ayu kangen mas Aden. Salam dari ibu dan bapak.
Segera dibalasnya.
Dek, maaf. Mas masih harus tour sama The Virensu. Sekarang masih di Malaysia. Minggu depan baru selesai tour dan pulang ke Jakarta. Nanti pasti mas sempetin pulang ke Semarang. Oya nanti mas beliin oleh-oleh wingko dan lumpia dari malaysia deh. Salam cinta untuk bapak dan ibu.
Tidak lama kemudian Ayu membalas.
From: Dek Ayu
Mas, memangnya di Malaysia ada wingko dan lumpia juga ya? Waaahhh ... Jadi penasaran rasanya.
Aden segera membalas singkat.
Hahaha.

Ayu sadar tengah dikerjain.

=======================================

Rumah mungil itu semakin terasa sempit malam itu. Bukan karena ini malam minggu dan seperti biasanya ayah Aden mengundang beberapa temannya untuk bermain catur sampai pagi. Malam minggu kali ini jauh lebih ramai dari malam minggu biasanya. Ayu mengundang teman-temannya yang ingin bertemu dan berfoto dengan Aden. Hampir seluruh teman sekelasnya dan beberapa dari kelas lain datang ke rumah. Adik-adik kelas pun tidak ketinggalan datang, meskipun mereka sendiri tak kenal dengan Ayu. Mereka memang mendengar kabar kalau Aden akan pulang, entah tahu kabar itu dari siapa. Ayu yang sebelumnya tertutup dan sangat pendiam, kini menjadi seorang yang tenar di sekolahnya. Kepercayaan dirinya sedikit-demi sedikit mulai tumbuh. Aden melihat perubahan dalam diri adiknya tersebut. Kebahagiaan menyelimuti hatinya.
"Teman-teman, kenalkan ini kakak saya Linggar Radendya." Ayu memperkenalkan, bangga.
"Dia orangnya baik kok. Selain itu juga tidak sombong, rajin nguras kolam, dan suka benerin genteng yang bocor. Jadi nggak usah malu-malu, hehe." Ayu menambahkan, disambut tawa dari teman-teman.
"Silahkan kalau mau foto-foto, tapi urut absen. Dimulai dari kelasku dulu nanti kemudian kelas lain." Ayu berbicara percaya diri. Sorai-sorai kegembiraan terdengar di rumah itu.

===========================
Aden tidak ingin melewatkan sarapan bersama keluarga. Saat-saat yang berharga baginya. Rasa kantuk dilawannya demi melepas rasa kangen pada keluarga.
"Kasihan tuh mas Aden kecapean. Kamu nggak kira-kira kalau ngajak temen, dek." kata bapak.
"Ade juga nggak tahu akan datang sebanyak itu. Sepertinya informasinya bocor." bela Ayu.
"Nggak apa-apa kok, pak. Aden senang ngelakuinnya. Hal kecil yang Aden lakuin, hanya foto dan kasih tanda tangan saja, sudah bisa bikin mereka senang. Dari pada kerja di kantoran, duduk manis, dapat duit, tetapi nggak ngelakuin sesuatu hal pun yang membuat orang lain bahagia."
"Iya bener pak, kalau kerja di kantoran, gimana caranya agar bisa nyenengin orang lain? Kasih tanda tangan ke mereka bukannya senang malah heran, dikira kita gila. Kasih foto pasti dikira narsis. Mentraktir mereka semua? Bisa bangkrut ... krutt... krutt..." Ayu memotong, dengan ekspresi menggemaskan.
Aden, bapak, dan ibu tersenyum melihatnya.
"Ciee .. tumben nih belain kakakmu? Oh iya kan ada yang ikut tenar di sekolahan gara-gara kamu Den." bapak menyindir.
Ayu hanya tersenyum malu, menunduk salah tingkah.
"Tenar di sekolah?" tanya ibu, pura-pura tidak tahu.
"Waaaah, berarti sebentar lagi kalau malam minggu, di rumah ini bukan cuma segerombolan bapak-bapak yang dateng." Aden menggoda, sambil mencolek-colek adiknya itu.     
"Cie .. cie ... bakal ada yang ngapelin." Bapak ikut menggoda.

Hahahahahahahahaha.

-BERSAMBUNG-

Artikel Terkait



2 komentar: