Kamis, 25 Oktober 2012

TAWURAN = MANUSIA CEMEN


Belum lama ini di kotaku terjadi tawuran antar pelajar. Beberapa pelajar masuk rumah sakit. Setelah bertahun-tahun budaya tawuran hilang belakangan muncul kembali. Dari mulai pelajar hingga mahasiswa.
Saya juga pernah muda. Pernah merasakan bagaimana hiruk-pikuk dunia remaja. Dunia di mana kita tengah menjalani proses pencarian jatidiri. Darah muda, mudah mendidih, berapi-api dan penuh semangat mencari pengakuan diri.
Sebagian ada yang mengatasnamakan kesetiakawanan. Saat kawan mereka dilukai, mereka berbondong-bondong turun ke “medan perang” berniat membalas. Kesetiakawanan yang sebenarnya merupakan penjelmaan dari kesetiasetanan. Setia terhadap sifat balas dendam, kekerasan, dan kemarahan.
Sebagian lagi berperang demi mendapatkan predikat gentlemen. Mereka menjadi lelaki. Melawan rasa takut dan merasa gagah berani dengan membawa beragam senjata semacam rantai, pisau, batu, dan sebagainya.
Dengan ikut tawuran apa layak kalian disebut gentle begitu? Jantan? Pemberani?
TIDAK SAMA SEKALI. Kalian adalah para pengecut sejati. Tidak punya nyali.
Dalam tawuran itu yang berperan bukanlah nyali ataupun teknik bertarung kalian. Faktor keberuntungan atau sial lebih berperan di sana.
Batu melayang, pukulan dari belakang, atau benda tajam yang menerjang dari belakang bisa saja menghantam roboh seorang dengan mental besar sekalipun.
Bertarunglah satu lawan satu, itulah gentlemen.
Datang sendirian, datengin orang yang bikin kita marah, ajak berantem, itu baru gentlemen.
Datang sendiri dengan tangan kosong ngajak berantem, itu baru gentlemen.
Datang berbondong-bondong, bawa senjata, dan menyerang, itu sih bukan gentlemen tapi cemen.
Dan jika kalian mau tahu apa itu gentlemen yang sesungguhnya. Sesungguhnya gentlemen adalah seseorang yang mampu mengalahkan setan. Meredam emosi dan amarah dalam dirinya. Dan memafkan orang yang menyakiti kita. Itulah gentlemen sejati. 

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar