Kamis, 25 Oktober 2012

KORUPSIALAN


Ketika kita bicara korupsi maka bisa dipastikan pembicaraan akan cukup memakan waktu. Dari mulai dimana saja praktek korupsi ini terjadi hingga sampai pada muara pembicaraan yaitu, bagaimana agar korupsi ini bisa hilang. Apa saja yang harus dilakukan? Sebuah harapan kita embankan pada sebuah lembaga pemberantas korupsi, yaitu KPK. Lembaga yang begitu dicintai masyarakat, sebagai tanda betapa masyarakat sangat ingin negara ini bersih dari para maling uang negara. Yang jadi pertanyaan adalah, apakah cukup kita hanya mengandalkan KPK saja? Apakah KPK mampu memberantas semua korupsi di berbagai lini? Seharusnya kita sadar bahwa korupsi ini sudah menjadi budaya. Sesuatu yang sudah umum terjadi. Sesuatu yang sudah umum dapat menjelma menjadi sesuatu yang samar-samar.
"Aku nggak korupsi kok, uang inikan sebagai imbalan atas keringatku." Begitu mereka bilang. Korupsi menjadi samar.
"Ah, kamu ini sok suci. Sudah terima saja, semua orang kantor juga dapat kok." mereka bilang begitu. Korupsi sudah menjadi hal umum.
Budaya itu tercipta membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Bukan satu, lima atau sepuluh tahun. Lebih dari itu. Begitu juga untuk menghilangkannya, butuh waktu yang lama juga dan dengan cara bertahap. Boleh jadi KPK dapat menangkap para pelaku korupsi, tapi tidak dengan budayanya. Boleh jadi mereka dapat menebang sebuah pohon, tapi tidak sampai mematikan akar-akarnya. Untuk memberantas budaya korupsi ini tidak cukup dengan KPK. Pendidikanlah yang seharusnya berperan di sini. Bisa jadi bobroknya mental kita ini adalah hasil dari kurang seimbangnya pendidikan kita dulu saat masih sekolah. Banyak orang pintar tapi hanya sedikit yang benar. Tameng dalam hati kita tidak cukup kuat untuk melawan arus yang begitu kuat. Seharusnya pendidikan mampu menciptakan sebuah generasi yang pintar, benar, berkarakter kuat. Yang tidak mudah tergiur oleh sesuatu yang bertentangan dengan nurani mereka.
Jadi kenapa kita tidak fokus juga memberantas korupsi dengan sebuah alat ampuh yaitu pendidikan? Percaya atau tidak siapa yang dapat memberantas budaya korupsi ini? Bukan generasi diatas kita, apalagi generasi kita yang sekarang. "Pahlawan" kita itu adalah anak-anak generasi yang akan datang yang sekarang masih duduk di bangku SD. Itu dengan catatan mulai saat ini mereka harus mendapatkan porsi yang lebih besar untuk pendidikan agama dan moral mereka. Sudah saatnya mata pelajaran agama dan moral menjadi mata pelajaran vital, bukan hanya sekedar sebagai mata pelajaran pelengkap kurikulum semata. (Kebayang nggak? Saat kuliah mata kuliah agama hanya ada di semester satu dan dua, itupun hanya dua SKS saja). Mata pelajaran agama, pancasila, dan kurikurum khusus yang mengajarkan tentang bahayanya korupsi pentingnya menanamkan kejujuran terhadap anak-anak. Dengan "doktrin" semacam itu diharapkan saat nanti mereka memegang kendali negara, mereka dapat memutus rantai budaya korupsi yang sudah mengikat dari generasi ke generasi.
Jangan harap semua bisa berubah dalam waktu satu periode kepemimpinan. Tidak ada yang simsalabim, semua membutuhkan proses. Atau jangan-jangan kita ini sudah terlanjur menjadi bangsa yang inginnya serba instan? 

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar