Ketika kita bicara korupsi maka bisa dipastikan pembicaraan akan
cukup memakan waktu. Dari mulai dimana saja praktek korupsi ini terjadi hingga
sampai pada muara pembicaraan yaitu, bagaimana agar korupsi ini bisa hilang.
Apa saja yang harus dilakukan? Sebuah harapan kita embankan pada sebuah lembaga
pemberantas korupsi, yaitu KPK. Lembaga yang begitu dicintai masyarakat,
sebagai tanda betapa masyarakat sangat ingin negara ini bersih dari para maling
uang negara. Yang jadi pertanyaan adalah, apakah cukup kita hanya mengandalkan
KPK saja? Apakah KPK mampu memberantas semua korupsi di berbagai lini?
Seharusnya kita sadar bahwa korupsi ini sudah menjadi budaya. Sesuatu yang
sudah umum terjadi. Sesuatu yang sudah umum dapat menjelma menjadi sesuatu yang
samar-samar.
"Aku nggak korupsi kok, uang inikan sebagai imbalan atas
keringatku." Begitu mereka bilang. Korupsi menjadi samar.
"Ah, kamu ini sok suci. Sudah terima saja, semua orang kantor
juga dapat kok." mereka bilang begitu. Korupsi sudah menjadi hal umum.
Budaya itu tercipta membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Bukan
satu, lima atau sepuluh tahun. Lebih dari itu. Begitu juga untuk
menghilangkannya, butuh waktu yang lama juga dan dengan cara bertahap. Boleh
jadi KPK dapat menangkap para pelaku korupsi, tapi tidak dengan budayanya.
Boleh jadi mereka dapat menebang sebuah pohon, tapi tidak sampai mematikan
akar-akarnya. Untuk memberantas budaya korupsi ini tidak cukup dengan KPK.
Pendidikanlah yang seharusnya berperan di sini. Bisa jadi bobroknya mental kita
ini adalah hasil dari kurang seimbangnya pendidikan kita dulu saat masih
sekolah. Banyak orang pintar tapi hanya sedikit yang benar. Tameng dalam hati
kita tidak cukup kuat untuk melawan arus yang begitu kuat. Seharusnya
pendidikan mampu menciptakan sebuah generasi yang pintar, benar, berkarakter
kuat. Yang tidak mudah tergiur oleh sesuatu yang bertentangan dengan nurani
mereka.
Jadi kenapa kita tidak fokus juga memberantas korupsi dengan sebuah
alat ampuh yaitu pendidikan? Percaya atau tidak siapa yang dapat memberantas
budaya korupsi ini? Bukan generasi diatas kita, apalagi generasi kita yang
sekarang. "Pahlawan" kita itu adalah anak-anak generasi yang akan
datang yang sekarang masih duduk di bangku SD. Itu dengan catatan mulai saat
ini mereka harus mendapatkan porsi yang lebih besar untuk pendidikan agama dan
moral mereka. Sudah saatnya mata pelajaran agama dan moral menjadi mata pelajaran vital, bukan hanya sekedar sebagai mata pelajaran pelengkap kurikulum semata. (Kebayang nggak? Saat kuliah mata kuliah agama hanya ada di semester satu dan dua, itupun hanya dua SKS saja). Mata pelajaran agama, pancasila, dan kurikurum khusus yang
mengajarkan tentang bahayanya korupsi pentingnya menanamkan kejujuran terhadap
anak-anak. Dengan "doktrin" semacam itu diharapkan saat nanti mereka memegang kendali
negara, mereka dapat memutus rantai budaya korupsi yang sudah mengikat dari
generasi ke generasi.
Jangan harap semua bisa berubah dalam waktu satu periode
kepemimpinan. Tidak ada yang simsalabim, semua membutuhkan proses. Atau
jangan-jangan kita ini sudah terlanjur menjadi bangsa yang inginnya serba
instan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar