SUMPAH PEMUDA:
Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Pada 28 Oktober
1928 para pemuda merumuskan tiga sumpah tersebut yang menjadi bukti otentik
lahirnya sebuah bangsa yang bersatu dalam memperjuangkan kemerdekaan. Mohammad
Yamin dan kawan-kawan, mereka adalah pahlawan nasional yang telah membulatkan
tekad untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia, menjadi bangsa
yang merdeka.
Apa jadinya jika dulu
pejuang bangsa Indonesia penuh dengan kepura-puraan? Mereka bisa saja
berpura-pura tidak tahu nasib rakyat. Kebanyakan dari mereka adalah golongan
bangsawan, orang terpelajar, hidup di atas garis kemelaratan. Saat bangsa
dijajah mereka masih bisa sekolah, masih bisa makan makanan yang layak, dan
masih terjamin keamanannya. Mereka bisa saja menutup mata, berpura-pura tidak
melihat kesengsaraan rakyat jelata. Mereka bisa saja menutup telinga,
berpura-pura tidak mendengar deru peluru yang terkadang menghadang para rakyat
jelata yang tidak mau patuh kepada penjajah. Mereka bisa berpura-pura begitu
jika mau. Tetapi tidak dengan para pahlawan kita itu. Mereka justru memimpin
rakyat untuk melawan, dan memilih jalan kemerdekaan meski resikonya hilang
nyawa dan harta. Itulah para pahlawan kita yang luhur. Kepura-puraan bukan
pilihan mereka.
Namun, negara yang dibangun dengan
modal kejujuran dan ketulusan para pahlawan kini justru berdiri di atas
kepura-puraan para penikmat kemerdekaan.
Yang kaya pura-pura
miskin. Gaji dan tunjangan sudah sangat besar, tetapi masih pura-pura miskin
dan korupsi sana-sini. Penghasilan di atas rata-rata, tetapi masih pura-pura
miskin dan tidak membayar pajak sesuai dengan ketentuan. Kekayaan sudah
melimpah, tetapi masih pura-pura miskin dan enggan untuk bersedekah. Uang sudah
berkecukupan tetapi masih pura-pura miskin dan menggunakan fasilitas-fasilitas
yang seharusnya hanya diperuntukan bagi yang memang benar-benar miskin (mobilnya
Alphard kasih minumnya pake premium)
Yang miskin pura-pura
kaya. Gaji kecil, tetapi pura-pura kaya dan menjalankan pola hidup konsumtif,
hedonisme. Penghasilan kecil, tetapi pura-pura kaya dan malas bekerja.
Yang pintar pura-pura
bodoh. Sudah tahu uang rakyat dikorupsi, tetapi pura-pura bodoh dan hanya diam
dalam dekapan kekuasaan. Sudah tahu rekan kerja melakukan kesalahan, tetapi
pura-pura bodoh dan mendiamkan saja tanpa membetulkan karena senang jika melihat
orang lain susah dan susah jika melihat orang lain senang. Pintar dalam sebuah
disiplin ilmu tetapi pura-pura bodoh dan tidak bersedia membagi ilmunya kecuali
dengan sebuah imbalan tertentu.
Yang bodoh pura-pura
pintar. Tidak mau mendengar sebuah kritik untuk dirinya. Selalu ingin dianggap
hebat meskipun tidak menguasai ilmunya. Sangat mahir berkomentar tetapi tidak
mampu bertindak.
"Dunia ini panggung
sandiwara." Ahmad Albar, Godbless.
Jadilah pahlawan pasca
kemerdekaan. Pilihlah jalan kejujuran dan ketulusan.
Saya teringat apa yang
pernah KH. Zaenuddin MZ katakan, "Jangan hanya mau menikmati kemerdekaan,
kita juga harus mau mengisi kemerdekaan."
SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA.
Semoga Allah SWT membalas
jasa dan pengorbanan pahlawan kita. Amin.
DILARANG SOK jadi
PAHLAWAN. Bangkitlah para pemuda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar