Sabtu, 17 April 2010

GITAR KUDA

Perjumpaan pertama saya dengan gitar kuda terjadi di rumah sepupu saya. Seperti orang yang sedang jatuh cinta, saya curi-curi pandang terhadapnya. Begitu eksotis dan nampak kekar. ukiran kuda nampak membuat saya semakin terpesona dengannya. Sepupu saya memainkan si gitar kuda dengan sangat menghibur. Dia cukup “meraba-raba” maka gitar tersebut akan “merintih geli” mengeluarkan bunyi yang indah dan harmonis. Saya hanya bisa melihat dan menikmati setiap nada yang dimainkan sepupu saya. Saya cemburu dan sangat ingin ikut meraba-raba si gitar kuda tersebut. ”Kamu belum cukup umur nak.” seolah-olah ukiran kuda pada gitar tersebut mengejek kepada saya. Dia tahu saya sangat berhasrat terhadapnya. Sial.
Rutinitas yang dilakukan saya dan teman-teman selalu sama setiap malam. Nongkrong sambil gitaran di pinggir jalan. Saya sih cuma bisa ikut-ikut bernyanyi saja, sambil lihat bermacam-macam orang lalu lalang. Lagu-lagu yang dimainkan selalu itu-itu saja. Bukan karena kita sangat menyukai ”lagu-lagu itu saja”, tetapi memang cuma lagu-lagu itu saja yang bisa dan hafal kita mainkan. Komposisi lagu dengan akord C, A minor, E minor, G adalah ”favorit terpaksa” kita. Dengan empat akord andalan tersebut kita bisa memainkan beberapa lagu. Agak repot jika memainkan lagu yang “dihuni” akord-akord “maut” semacam B dan F. Biasanya diantara kita (selain saya tentunya karena saya hanya sebagai vokalis haha…) yang sedang memainkan gitar pura-pura tidak mendengar request lagu yang didalamnya terdapat akord B dan F. Tidak usah berbicara tentang akord-akord # karena sebagai pemula kita hanya bisa ngeri walau sekedar membayangkan akord-akord tersebut. Pengecualian kasus ini terjadi pada Ndower.
Tiap malam saya selalu teringat dengan gitar kuda. Sebelum tidur terutama. Saya membayangkan kita bisa “berduaan” di pinggir jalan tempat saya dan teman-teman nongkrong. Memainkan beberapa lagu. Memainkan sekaligus menyanyikan beberapa lagu-lagu favorit saya. Pasti saya akan menjadi orang yang paling bahagia saat itu. (hehe….). Keinginan tidak bisa lagi dibendung. Tekad telah bulat. Aku harus memilikinya. “Baiklah, sepulang sekolah nanti aku akan memintanya kepada sepupu saya.” begitu tekad saya. Tanpa membuang waktu sepulang sekolah saya langsung ke ”lokasi TKP”. Ajaib. Tenyata sepupu saya memperbolehkan gitarnya saya minta. Gratis. Benar-benar ”sifat nabi”.

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar