Sabtu, 17 April 2010

SMOKE ON THE TUJUH RATUS RUPIAH

Dulu saya sangat heran ketika melihat banyak orang-orang melakukan itu. Kata mereka hal itu sangat mengasikan. Kenikmatannya tak bisa digambarkan dengan kata-kata . Barangnya bulat panjang, cenderung memanjang dan lonjong, warnanya hitam. Apabila dihisap,,,, uuuhhhhkk rasanya enak dan tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Eiittsss,,, jangan berpikiran ngeres lho!! Yang saya maksud di sini itu ad alah rokok - kalau boleh sebut merek, djarum black tepatnya - yang menjadi barang paling banyak dikonsumsi saat ini. Mau dia orang kaya kek, mau dia orang-orang biasa, sampai golongan ekonomi bawah - ataupun gelandangan, anak-anak jalanan-, banyak yang menjadi pecandu barang beracun ini. Sudah tahu beracun tapi tetap saja banyak orang merokok. Dalam hal ini negara tercinta kita ini cukup berprestasi lho, dapat medali perak!!! Indonesia menjadi negara pengkonsumsi rokok terbanyak kedua di dunia setelah Jepang - saya nggak tahu data ini valid atau tidak -. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi. Beberapa diantaranya yaitu murahnya harga-harga rokok di indonesia - A mild evolution sepuluh ribu rupiah belum ada apa-apanya lho dibandingkan rokok di luar negeri yang harganya bisa sampai ratusan ribu rupiah -, pajak yang rendah sehingga sangat menguntungkan perusahaan-perusahaan rokok, peraturan-peraturan pemerintah yang mengatur tentang undang-undang merokok -sudah nggak tegas, rancu pula, dan banyak faktor lainnya.
Terus tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mengurangi "prestasi" negara kita ini?? Belakangan muncul fatwa dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) tentang haramnya merokok. Sebelumnya di ibukota keluar Perda tentang larangan merokok di tempat-tempat umum. Berhasilkah cara-cara tersebut??? Saya tak tahu pasti, tetapi yang jelas masih banyak dijumpai orang-orang merokok di berbagai tempat. Pernah suatu ketika saya menjumpai beberapa anak-anak SD dengan penuh "kejantanan" merokok di tempat umum. Mungkin sepuluh tahun lagi kita jumpai anak TK menghisap "benda itu" -semoga itu tidak terjadi-. Jika keadaanya sudah sedemikian parah lalu siapa yang salah??? Perusahaan-perusahaan rokok konon memberikan pemasukan terbesar negara lewat pajak, sangat ironis bukan, dibandingkan Negara-negara lain pajak rokok kita paling rendah tetapi justru menjadi pendapatan terbesar negara lewat pajak?? Mari kita bakar perusahaan-perusahaan rokok di negeri ini!!! emosi tetap menjadi pilihan favorit masyarakat kita. Mari kita berpikir jernih. Dalam jalannya perusahaan-perusahaan rokok tersebut melibatkan ribuan tenaga kerja. Kalau dibakar lalu mereka pada menganggur, gimana coba?? Apa kamu mau ngasih pekerjaan pada orang segitu banyaknya?? Terus yang salah siapa? orang-orang yang ngerokok??? eitss,,, enak saja nyalahin orang!!! mereka - termasuk saya hehe... - nothing but love rokok- itu cuma korban. Korban dari "monster kenikmatan" yang wujudnya entah seperti apa. Kita sudah menjadi mangsa "monster" itu dan telah menjadi bagian dari dirinya.
Lalu siapa yang pantas untuk kita mintai pertanggung jawaban atas meningkatnya kanker, impotensi, dan gangguan janin karena rokok?? Kalau dari perspekstif saya sebagai rokok lover, yang harus kita mintai pertanggung jawaban adalah orang yang pertama kali menemukan rokok, atau tepatnya adalah penemu rokok pertama kali. Bagiku dia seorang hero to zero. Pahlawan yang telah menciptakan "teman dalam sepi", tetapi suatu saat akan memperkenalkan kita dengan malaikat pencabut nyawa!! jadi mari kita bersama-sama mencari siapa penemu dan pencipta rokok pertama kali. Mari bersama-sama pula kita mengutukinya!!!! HAHAHAHAHAHA...... nothing but love smoke on the tujuh ratus rupiah.....

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar