Sabtu, 09 Oktober 2010

KISAH SI MUSHOLA KESEPIAN

Saya berjalan menyusuri indonesia tercinta. Menyapa berbagai budaya, memberi salam berbagai suku, dan melempar senyum ke seluruh indahnya alam indonesia. Dalam perjalanan, saya menjumpai si masjid yang kesepian. Dia menangis merintih. Di sekelilingnya berdiri rumah-rumah megah yang angkuh dan sombong. Tak ada tegur sapa di antara mereka. Seperti tak saling mengenal meskipun mereka berdekat-dekatan.

Saya segera menghampiri si masjid yang kesepian. "Kenapa kau menangis hai masjid yang kesepian?" 
"Diriku menangis karena tak ada lagi yang memperdulikanku, dulu saat pertama kali aku dibangun banyak orang-orang yang bertamu kepadaku, tapi tak lama kemudian hingga sekarang mereka mengacuhkanku, akulah si masjid yang kesepian." jawabnya.
"Bersabarlah, apakah kau sudah menyapa dan memanggil mereka?" tanya saya lagi.
"Sudah, aku selalu tak bosan-bosannya memanggil dan mengundang mereka, bahkan lima kali sehari, namun entah mengapa mereka tak menjawab ataupun memenuhi undanganku. Saya iri dengan teman saya si mushola yang ramai  di kampung sebelah sana." keluh si masjid yang kesepian.
"Bersabarlah dan janganlah berputus asa." kata saya.

Kemudian saya melanjutkan perjalanan. Penasaran ingin melihat senyum si mushola yang ramai di kampung sana, maka saya berusaha menemuinya. Tak lama kemudian saya menjumpai si mushola yang ramai. Namun ku jumpai dia sedang menangis.
"Hai si mushola yang ramai, sedemikian bahagiakah engkau sampai suara tangis bahagiamu terdengar dari seluruh penjuru kampung?" tanya saya.
"Aku bukan menangis karena bahagia, aku menangis karena kesepian." jawab dia.
"Bukankah engkau si mushola yang ramai ? tanya saya heran.
"Dulu memang nama saya si mushola yang ramai, tetapi sekarang nama saya si mushola yang kesepian. Lihatlah diriku ini yang tercampakan." keluhnya.
"Kenapa bisa demikian?" tanya saya semakin heran.
"Lihatlah bangunan di sebelah sana itu! Sekarang mereka lebih sering bertamu kepadanya. Di sana banyak makanan dan minuman enak, dan musik yang indah. Lihat juga bangunan di sebelahnya lagi! Di sana banyak anak-anak bermain di depan layar televisi yang berjejer-jejer sampai lupa waktu." jelas si mushola yang kesepian.
"Janganlah bersedih, bersabarlah dan janganlah berputus asa. Dan ijinkan saya bertamu kepadamu lima kali sehari wahai si mushola yang
kesepian. Panggilah saya pada waktu-waktu yang kau kehendaki itu." harap saya.

Saya akhiri perjalanan ini.


(Teruntuk Mushola At-Taqwa tercinta)   


Kutipan :
Tidak sepatutnya kita meninggalkannya (bagi laki-laki yang telah akhil baligh).
* Dari Ibnu Umar ra bahwasanya rasulullah bersabda: shalat berjamah lebih utama daripada shalat sendirian dengan tujuh puluh derajat. Dalam riwayat lain: dengan dua puluh lima derajat. Muttafaq alaih ([1]).    
* Dari Abu Hurairah ra berkata: rasulullah saw bersabda:((barangsiapa yang bersuci di rumahnya, kemudian pergi ke salah satu rumah Allah, untuk melaksanakan salah satu kewajiban terhadap Allah, maka kedua langkahnya yang satu menghapuskan kesalahan, dan yang lain meninggikan derajat)) ([2]).   
* Dari Abu Hurairah bahwasanya nabi saw bersabda: (barangsiapa yang pergi ke masjid di waktu pagi atau di waktu sore, maka Allah menyiapkan baginya makanan setiap kali pergi pagi atau sore) muttafaq alaih ([3]).  
* Yang lebih utama bagi seorang muslim, shalat di masjid tempat ia tinggal, kemudian masjid lain yang lebih banyak jamaahnya, kemudian berikutnya yang lebih jauh, kecuali masjidil haram, masjid nabawi, dan masjidil aqsha, karena shalat pada masjid-masjid tersebut lebih utama secara mutlak.   
* Boleh shalat berjamaah di masjid yang telah didirikan shalat berjamaah pada waktu itu.   
* Orang-orang yang berjaga di pos pertahanan disunnahkan shalat di satu masjid, apabila mereka takut serangan musuh jika berkumpul, maka masing-masing shalat di tempatnya.

([1]) HR. Bukhari no (645) (646), Muslim no (650) (649).([2]) HR. Muslim no (666)([3]) Shahih Bukhari no (662), Muslim no (669).



Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar