skip to main |
skip to sidebar
Jalan hidup setiap orang berbeda-beda? Ya jelas beda. Kalau sama ya nanti banyak yang tabrakan.
Kalau sudah tahu begitu lalu kenapa masih mengambil jalan yang sama dengan orang-orang kebanyakan?
Kebanyakan
isi dari otak manusia sini (baik orang tuanya maupun anak yang
disekolahkannya) adalah 'sekolah, lulus, dan cari kerja'. Betul tidak?
Hayo ngaku!
Mau bukti? Baiklah. Setiap saya menjumpai
seseorang entah itu teman lama atau kerabat atau tetangga yang tergolong
uzur, pertanyaan yang mereka ajukan setelah 'hallo apa kabar?' adalah
'kerja di mana sekarang?'
Nah, kalian juga pasti pernah mengalami
yang demikian itu bukan? Jadi mungkin benar apa yang Ippo Santosa bilang
di sebuah buku. Di sana dia menulis tentang, -yang kurang lebih
intinya- pendokrinan terhadap otak-otak Indonesia sebagai kaum pekerja
telah disetting sejak jaman penjajahan Belanda. Pendokrinan itu
berhasil. Sejak jaman itu manusia Indonesia DILARANG berkembang. Tidak
boleh kreatif. Tidak boleh banyak tingkah pokoknya. Orang belanda mau
ini, ya pokoknya kerjakan. Bekerja kepada kompeni pada zaman itu, wah
sudah mentereng keliatannya. Bekerja kepada orang sudah hebat? Itu
ditanamkan tiga ratus lima puluh tahun lamanya. Mengakar dan menjamur
sampai beberapa keturunan. Dan hasilnya adalah 'nak, cepat-cepatlah
lulus dan cari kerja yang bener'.
Mindset yang ditanamkan dan dicangkok sejak jaman bahula adalah
kompeni itu pemerintah, tionghoa itu pedagang, dan rakyat Indonesia itu pekerja.
Lha
kok mau-maunya sampai sekarang kita diperlakukan seperti itu? Woi
bangun woi! Ini sudah bukan jaman penjajahan lagi. Katanya sudah
proklamasi? Sudah merdeka? Tapi kok settingan otak kita masih dijajah
mereka? Jangan mau ah. Ayo kita merdeka!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar