Kamis, 08 Maret 2012

ENTREPRENEUR (Bagian I)

Jalan hidup setiap orang berbeda-beda? Ya jelas beda. Kalau sama ya nanti banyak yang tabrakan.

Kalau sudah tahu begitu lalu kenapa masih mengambil jalan yang sama dengan orang-orang kebanyakan?

Kebanyakan isi dari otak manusia sini (baik orang tuanya maupun anak yang disekolahkannya) adalah 'sekolah, lulus, dan cari kerja'. Betul tidak? Hayo ngaku!

Mau bukti? Baiklah. Setiap saya menjumpai seseorang entah itu teman lama atau kerabat atau tetangga yang tergolong uzur, pertanyaan yang mereka ajukan setelah 'hallo apa kabar?' adalah 'kerja di mana sekarang?'
Nah, kalian juga pasti pernah mengalami yang demikian itu bukan? Jadi mungkin benar apa yang Ippo Santosa bilang di sebuah buku. Di sana dia menulis tentang, -yang kurang lebih intinya- pendokrinan terhadap otak-otak Indonesia sebagai kaum pekerja telah disetting sejak jaman penjajahan Belanda. Pendokrinan itu berhasil. Sejak jaman itu manusia Indonesia DILARANG berkembang. Tidak boleh kreatif. Tidak boleh banyak tingkah pokoknya. Orang belanda mau ini, ya pokoknya kerjakan. Bekerja kepada kompeni pada zaman itu, wah sudah mentereng keliatannya. Bekerja kepada orang sudah hebat? Itu ditanamkan tiga ratus lima puluh tahun lamanya. Mengakar dan menjamur sampai beberapa keturunan. Dan hasilnya adalah 'nak, cepat-cepatlah lulus dan cari kerja yang bener'.

Mindset yang ditanamkan dan dicangkok sejak jaman bahula adalah
kompeni itu pemerintah, tionghoa itu pedagang, dan rakyat Indonesia itu pekerja.

Lha kok mau-maunya sampai sekarang kita diperlakukan seperti itu? Woi bangun woi! Ini sudah bukan jaman penjajahan lagi. Katanya sudah proklamasi? Sudah merdeka? Tapi kok settingan otak kita masih dijajah mereka? Jangan mau ah. Ayo kita merdeka!



Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar