Kamis, 08 Maret 2012

PLAYBOY KARET (Bab I - Seorang Lelaki Pantang Ingkar Janji)

Bab I
Seorang Lelaki Pantang Ingkar Janji

Musuh bebuyutannya berteriak lantang menggema. Sangat tidak sopan. Terus-menerus berteriak memancing emosinya. Sengaja semakin lama semakin keras dan pantang menyerah. Berusaha merusak gendang telinganya. Namun dia masih saja acuh dan berusaha bersabar menahan emosi. Kemudian musuh bebuyutannya itu diam. Senyap. Dia lega sambil berkata dalam batin.
Hahaha… akhirnya menyerah juga kau, cuma segitu kemampuanmu hah? Bukan tandinganku!!”
Dia kembali terpejam sambil berusaha mengingat mimpi yang tadi dia alami.
Idiiihhh... hampir saja aku menciumnya” dia teringat kejadian dalam mimpi tadi, menyesal.
Tak apalah, yang penting aku masih bisa bercinta dengan guling kesayanganku ini”, pikirnya.
 Belum sempat kembali terlelap, musuh bebuyutannya itu kembali berteriak. Akhirnya dia membuka mata perlahan. Dia pandangi musuh bebuyutannya itu yang dengan sombongnya terus berusaha membuat dia hilang kesabaran. Dan akhirnya habislah kesabarannya.
“Jam beker sialan!!!” bentaknya sambil berusaha sekuat tenaga untuk bangkit dari tempat tidur dan mendekat ke meja tempat beker itu tergeletak.
“Mampus kau!” sambil menekan tombol off pada beker itu.
Dalam keadaan setengah sadar dia berusaha mengingat hari apakah ini.
Ini hari Minggu. Tidur lagi aja daaahhh. Malu sama bantal kalau kamu bangun sepagi ini. kalender yang menempel di balik pintu kamar seakan mengingatkan dan menertawakannya.
Hari Minggu. Seharusnya dia bisa tidur sepuas mungkin. Tetapi hari minggu kali ini berbeda. Dia harus bersiap sesegera mungkin dan sampai di studio jam 8 pagi ini.
“Ker... pagi ini aku boleh kalah, tapi besok jangan harap aku sudi bangun gara-gara kamu.” sambil memandang geram jam beker itu.

Pantang bagi Aden untuk melanggar janji. Kecuali apabila dia lupa, dan sayangnya dia seorang pelupa kronis. Tetapi beruntung kali ini dia ingat. Dia berjanji dengan seseorang untuk bertemu di studio hari minggu jam 8 pagi. Dalam keadaan masih sangat mengantuk Aden menuju studio yang tidah jauh dari tempat kostnya. Hanya perlu berjalan kaki kurang lebih lima belas menit untuk sampai di studio. Namun kali ini langkahnya serasa berat. Rasa kantuk masih menghinggap dan rasa malas masih menyelinap dalam dirinya.
Semalam band Aden mengisi acara di Njowo Lounge. Rencananya adalah selesai manggung jam satu langsung pulang dan tidur untuk persiapan pagi-pagi. Sial bukan kepalang malam itu terjadi keributan. Seorang pengunjung mengamuk dan memukuli salah seorang pengunjung lain. Polisi datang. Dari sekian banyak saksi mata, dia yang diminta ikut ke kantor polisi gara-gara kejadian tersebut untuk dimintai keterangan sebagai saksi mata. Saksi mata yang telah mengatuk dan terpaksa harus begadang di kantor polisi!!!

Di atas sofa merah seorang lelaki setengah baya duduk menunggu. Di sampingnya secangkir kopi yang tinggal hanya ampasnya.
Ah dia telah lama menunggu” batin Aden.
Langsung saja Aden melempar senyum untuk sedikit mengurangi rasa bersalahnya.
“Maaf pak Bowo membuat anda menunggu.” kata Aden sambil memasang muka pura-pura menyesal.
Nampaknya sedikit berhasil. Lelaki itu membalas senyum, namun senyumnya sangat hemat, hingga Aden merasa itu senyum sinis penghinaan, seolah lelaki tersebut berkata “Indonesia sekali kamu itu!”
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia terkenal dengan jam karet. Kereta telat adalah biasa. Tetapi menjadi suatu hal yang sangat luar biasa apabila di Indonesia ada kereta api yang tepat waktu. Mungkin saja motto perusahaan kereta api tersebut adalah alon-alon asal klakon.
Sebelum Aden duduk, lelaki itu berdiri. “Pak Bowo ndak bisa datang karena ada urusan mendadak. Kulo cuma disuruh nyampein pesan sama sampean, besok sampean disuruh ke rumah beliau. Ini alamat rumahnya.” kata lelaki itu sambil memberikan secarik kertas memo.
“Oh saya kira bapak itu pak Bowo, hehe … , ya sudah pak, besok saya ke rumah beliau.” Jawab Aden.
Kemudian lelaki setengah baya itu pamit pulang.
Aden membaca tulisan dalam secarik kertas tadi.
 
Jalan Ratu Merem No. 9. 
Jam 5 sore. JANGAN TELAT!!!!!!! 

“Busyet tuh orang, udah batalin ketemuan seenaknya sendiri eh pake bilang ‘jangan telat’ segala.” gerutu Aden.
“Belum tahu siapa aku tuh orang. Seumur-umur baru tadi aja aku telat.” tambahnya masih sewot.
Itu yang dia ingat.
Kemudian dia kembali melihat alamat tersebut.
“Ini kan dekat rumah Fidhi? “ Aden terkejut, senang.
Sekalian mampir!!!

-BERSAMBUNG-

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar