Petrix itu seorang single fighter. Dalam melakukan perjalanan jarak jauh lebih banyak dilalui sendirian. Tanggal entah berapa, hari tak tahu kapan, tahun tepatnya lupa, dia melakukan perjalanan jarak jauh. Kali ini untuk mudik dari Semarang ke Tegal, kurang lebih 165 kilometer. “Perjalanan ke barat” kali ini seperti biasa dilalui menggunakan sepeda motor atau biasa disebut “si biru”(motifnya dominan biru). Saat itu situasi keuangan Petrix bisa dikataan pailit. Di dompetnya cuma “nongkrong” selembar dua puluh ribuan, selembar lima ribuan, dan selembar seribuan, jadi total uang petrix adalaaaaahhhh...... hah berapa?? Dua puluh enam ribu? Iya pinterrrr.... wakakakakkakk :D.
Pukul lima sore dengan gagah perkasa sentosa adil dan kurang makmur(karena uang pas-pasan), petrix memulai single tour-nya. Dimulai dengan mengisi bensin eceran di dekat kosnya. “Lima ribu rupiah saja, satu liter, di tangki masih ada dua liter jadi tiga liter deh, assssooooyyyy, nanti di pom bensin Pekalongan baru isi lagi,” ilmu manajemen petrix berbicara. Motor dipacu dengan sangat kencangnya. Saya tahu benar “perasaan” si biru karena saya pernah mudik dengan petrix dan si biru. Si biru ini jarang ke “salon”, dikasih “makan” dan “minum” jg jarang, tetapi petrix selalu menyuruhnya lari sekencang-kencangnya. Untung saja si biru tidak melaporkan petrix ke Komnas HAK atau Komisi Nasional Hak Asasi Kendaraan karena ulahnya yang tidak berperikendaraan.
Ketika adzan maghrib petrix segera mencari masjid untuk sholat dan beristirahat sejenak. Dia menjumpai mushola kecil di daerah Alas Roban kota Batang. Musholanya sepi hanya ada beberapa orang habis selesai solat berjamaah. Tempatnya agak masuk ke dalam dari jalan raya. Tidak ada rumah di sekelilingnya, hanya pepohonan yang berjajar memutari mushola tersebut. Lampunya juga telah redup. Petrix segera berwudhu dan solat. Karena sangat tenang petrix solat dengan khusyuk. Selesai solat dia melihat sekelilingnya, tak dijumpai orang lain, mungkin telah pulang. Ketika selesai dia melihat kotak amal dan segera merogoh sakunya berniat mengambil seribuan-nya untuk dimasukan kotak amal. Karena agak gelap dan dia memang agak sembrono, tanpa sadar uang yang dimasukan ke dalam kotak amal bukannya yang seribuan tetapi yang dua puluh ribuan. Pada saat itu dia belum menyadarinya. Setelah sampai di pom bensin Pekalongan saat berniat mengisi bensin dia baru menyadarinya. Jarak Pekalongan sampai Tegal masih kurang lebih 60 kilometer, sementara si biru sudah kehausan. Di sakunya tinggal tersisa seribu rupiah. Pulsapun tidak ada. Sempat terpikir untuk menggadai handphone, tetapi beruntung salah seorang temannya mengirim pulsa kepadanya, sebabnya adalah si teman tersebut sms tetapi tidak di balas oleh petrix. Langsung saja petrix menelpon salah seorang temannya yang tinggal di Pekalongan. Tak lama kemudian temannya datang dan segera memberikan P3K atau Pertolongan Pertama pada Petrix yaitu membelikan minum si biru dan si empunya si biru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar