Sekarang ini, di manapun, siapapun, siapa sih yang tidak mengenal Laskar Agabu? Saya merasa sangat bangga mendapatkan kehormatan mendapatkan ijin menulis tentang mereka. Sungguh saya rela mengorbankan nama besar saya hanya untuk mendapatkan ijin menulis tentang perjalanan hidup mereka.
Ngomong-ngomong soal nama besar, saya adalah seorang penulis paling terkenal di negara ini. Anda perlu bukti? Akses internet, buka google, kemudian search nama saya. Breeeetttt... akan muncul beratus-ratus situs web yang memuat tentang saya ataupun tulisan-tulisan saya. Memang enak jadi penulis terkenal. Dulu saat saya masih mahasiswa dan berjuang untuk lulus, banyak teman yang mengatakan kalau paling enak jadi pegawai negeri. “Mana ada pegawai negeri yang mengundurkan diri?” Kata mereka memberi bukti, menandakan bahwa orang-orang pegawai negeri itu nyaman dengan pekerjaan mereka. Iya juga sih. Tapi saya lebih tertarik menjadi musisi terkenal, penulis terkenal, artis terkenal, desainer terkenal. Ternyata benar saja, sekarang ini penghasilan saya bla..bla..bla... rumah saya bla..bla..bla... mobil saya bla...bla..bla.... fans saya bla..bla..bla... dan seterusnya.. dan seterusnya. Meskipun di luar itu banyak media-media yang menganggap saya seorang yang sombong, saya tidak perduli. Hanya saja sedikit heran, dari mana dan kenapa mereka menilai saya seperti itu. Padahal saya sudah berusaha berbuat baik kepada semua orang. Setiap bulan saya menyumbang di panti asuhan sebesar bla..bla..bla, saya menjadi donatur di bla..bla..bla.
Burung peliharaan saya yang seharga bla..bla..bla saya kasih secara cuma-cuma ke sopir saya yang sebulannya saya gaji bla..bla..bla. Sudah dengarkan betapa baiknya saya? Bahkan kalau lagi jalan-jalan terus ketemu orang yang ngeliatin saya langsung saya kasih uang sebesar bla..bla..bla. Sampai sedemikian ini saya masih bingung kenapa saya ditulis di media-media sebagai penulis sukses dan terkenal yang sombong.
Oh iya mereka juga kadang menjuluki saya penulis sukses dan terkenal yang egois dan mau menang sendiri. Bayangkan betapa sakit hatinya saya. Kalian harus dengar cerita-cerita negatif mereka tentang saya. Menulis kisah perjalanan Laskar Agabunya nanti saja, besok, atau nanti kalau lebaran kuda. Saya sekarang mau curhat saja. Kalian harus dengarkan (dibaca: baca). Buat yang sudah tidak sabar membaca cerita Laskar Agabu saya mohon untuk bersabar. Saya tidak mau tahu, kali ini perasaan saya yang harus diutamakan.
Saya curiga mereka sengaja ingin menjatuhkan karir saya. Berita-berita negatif tentang saya selalu muncul setiap hari, di media cetak, televisi, ataupun internet. Kasihan fans-fans saya yang ada di segala penjuru tanah air. Mereka pasti mengutuk dan mencaci habis media-media yang memuat berita tersebut. Saya khawatir akan ada demo besar-besaran dari fans-fans saya kepada media-media tersebut. Bahkan mungkin saya perkirakan melebihi demo reformasi. Semoga saja fans-fans saya tidak berbuat bodoh seperti itu, karena saya sudah memaafkan media-media tersebut.
Tetapi saya akui memang sedikit sulit untuk memaafkan mereka. Bayangkan saja, media-media itu memberitakan kalau saya juga sedikit gila dan kalau menulis cerita sering sekali tidak nyambung antara judul, tema, dan isi tulisan. Saya hanya bisa tertawa terbahak-bahak ketika mendengar berita tentang saya yang demikian. Sambil tertawa terbahak-bahak saya berkata dalam hati, “dasar orang-orang media tak tau sastra!!!”.
Ya... itulah saya. Begitu brilian, rendah hati, murah hati, sangat pengertian, sangat sabar. Beginilah gambaran saya tentang diri saya. Semoga autobigrafi saya ini bisa menjadi inspirasi orang-orang. Cukup singkat tetapi sangat menyentuh, inspiratif, dan fenomenal.
Note: Aturan membaca cerita ini adalah setiap selesai membaca satu kalimat sertai dengan “huueeekkk”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar