Senin, 13 September 2010

TAMPARAN TERINDAH (Lanjutan judul "Makan Untuk Mati")

Lanjutan dari Makan Untuk Mati.

Hampir saja aku menyerah, biarlah aku mati kelaparan di sini. Di atas air bening dalam sebuah ember bekas. Tempat yang sangat elegan untuk mati bagi bangsa kami. Dan mati kelaparan setidaknya lebih terhormat dibandingkan mati tergencet kedua tangan manusia. Tiba-tiba seekor Aedes Aegepty yang begitu anggun terbang mendekat kepadaku. Semakin dekat dan jantungku semakin kencang berdetak. Detaknya pun tak beraturan. Sepertinya ajalku telah tiba. Mungkin ini adalah serangan jantung pertama dan terakhir seumur hidupku.

Aku berusaha menguasai diriku. Menarik nafas sedalam-dalamnya dan berusaha tenang. Aku benar-benar terlihat gugup. Aku berkaca di air bening yang kuhinggapi. Kulihat sesosok nyamuk yang sangat tidak sedap dipandang. Tidak bersih, tidak segar, dan terlihat sekali merah padam kusam mukanya. Ya, itulah diriku. Aku malu dan ingin rasanya bersembunyi. Tidak ada waktu lagi untuk menghindar, dia telah ada di hadapanku. Mendarat tepat di hadapanku.

"Hai... "cuma satu kata darinya, tetapi itu cukup membuat aku gemetaran setengah mati.

Aku tak menjawab. Bukan karena tak mau tetapi karena mulutku seperti terkunci begitu saja.

"Maaf kalau menggangu, aku hanya ingin berkenalan. Sampai jumpa nanti" dia mengucapkan itu sambil terbang mengepakan sayapnya yang indah. Angin muncul dari kibasan sayapnya dan menampar wajahku. Itu adalah tamparan terindah dalam hidupku.

Sampai beberapa detik aku serasa menjadi seperti hewan-hewan lain yang kaku tak bergerak karena telah di air keras oleh manusia-manusia pemuja keindahan. Sedikit demi sedikit nafasku mulai teratur kembali dan detak jantungku mulai normal kembali. Dia telah hilang dari pandangan.

Siapakah namanya? Begitu anggun. Dan apakah perasaan tadi itu? Aku baru pertama kali merasakannya. Di mana dia tinggal? Dan timbul banyak pertanyaan-pertanyaan dalam diriku. Tanpa ku sadari rasa lapar telah hilang. Tubuh ini menjadi kuat kembali. Sayap ini menjadi sangat ringan. Inikah perasaan jatuh cinta? Apakah berhak nyamuk merasakan jatuh cinta? seperti manusia-manusia itu. Dan aku tak lagi ingat dengan laparku. Sekarang aku hanya ingat satu kalimat yang tadi dia ucapkan. Dia bilang sampai jumpa nanti. Kapankah? Tanyaku  dalam hati.     

(Bersambung)   

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar