Lanjutan Obat Nyamuk Paling Dasyat
Hari ini aku sengaja lebih awal terbang mengitari perkampungan. Sejak kemarin aku berpuasa dan kali ini sungguh lapar tak tertahan. Semalam pun tak tidur karena ulah Aedes Albopictus & Culex Fatiqans. Mereka berpesta semalaman dan perut mereka penuh oleh darah manusia. Bernyanyi, terbang berputar-putar, dan bercerita. Mereka berhasil mengisap darah si empunya rumah sepuas mereka. Tanpa perlawanan, tanpa ayunan tangan (yang telah membunuh salah seorang temanku), dan tanpa obat nyamuk. Menang telak mereka benar-benar menang telak. Itu semua karena si empunya rumah tertidur dalam keadaan mabuk berat. Aku sih tak mau mengisap darah kotor. Hobi mabuknya membuatku jijik menghisap darahnya. Selain itu juga aku tak tega karena aku tinggal di lemari miliknya.
Terkadang aku iri melihat teman-temanku. Aedes Albopictus & Culex Fatiqans, mereka menghisap darah manusia sepuas mereka. Dan hanya akan berakibat bentol-bentol saja. Atau paling juga umpatan-umpatan dari manusia yang mereka hisap darahnya. "Nyamuk sialan...nyamuuukk sialan", begitu saja dan mereka tinggal terbang menjauhinya sambil tertawa terbahak-bahak, atau bahkan justru semakin mengerjai dengan terbang sekencang-kencangnya berputar-putar mengelilingi kepala atau kuping si manusia sambil berteriak.. "nguiiingggg....nguuiiing....". Kadang aku hanya bisa tertawa melihat dari jauh jika teman-teman sudah berbuat seperti itu.
Kita menyebutnya "PERMAINAN JET COASTER". Aturannya adalah siapa yang bisa terbang paling banyak mengelilingi kepala atau kuping manusia, dia adalah pemenangnya. Tentunya syarat utamanya adalah berteriak sekencang-kencangnya... "nguuiinngg..nguuiingg". Biasanya kita mencari manusia yang sedang tidur untuk kita jadikan "arena permainan", tetapi justru lebih menegangkan kalau sang manusia itu tidak tidur. Tentunya permainan ini sangat berisiko. Risiko mati tergencet tangan-tangan manusia. Aku ngeri membayangkannya.
Dan sekarang aku sangat lapar. Tubuh lemas. Sayap serasa berat. Sangat banyak manusia di sini, tapi aku tak mau mati tergencet tangan-tangan mereka, badanku lemas, bisa-bisa aku kalah cepat dengan tangan-tangan mereka. Tetapi akupun tak mau mati kelaparan.
Sudah menjadi garis hidup kami. Untuk makanpun selalu risikonya adalah mati. Makan untuk hidup tetapi makan juga yang akan membawa kita pada kematian. Aku iri dengan manusia. Kenapa aku tak dilahirkan saja sebagai manusia. Mereka makhluk sempurna. Dan untuk makan pun mereka tak perlu menanggung risiko untuk mati. Setidaknya begitulah yang aku lihat dari atas langit kampung kumuh ini. Meskipun kemarin aku sempat mencuri dengar dua manusia yang sedang mengobrol.
Hari ini aku sengaja lebih awal terbang mengitari perkampungan. Sejak kemarin aku berpuasa dan kali ini sungguh lapar tak tertahan. Semalam pun tak tidur karena ulah Aedes Albopictus & Culex Fatiqans. Mereka berpesta semalaman dan perut mereka penuh oleh darah manusia. Bernyanyi, terbang berputar-putar, dan bercerita. Mereka berhasil mengisap darah si empunya rumah sepuas mereka. Tanpa perlawanan, tanpa ayunan tangan (yang telah membunuh salah seorang temanku), dan tanpa obat nyamuk. Menang telak mereka benar-benar menang telak. Itu semua karena si empunya rumah tertidur dalam keadaan mabuk berat. Aku sih tak mau mengisap darah kotor. Hobi mabuknya membuatku jijik menghisap darahnya. Selain itu juga aku tak tega karena aku tinggal di lemari miliknya.
Terkadang aku iri melihat teman-temanku. Aedes Albopictus & Culex Fatiqans, mereka menghisap darah manusia sepuas mereka. Dan hanya akan berakibat bentol-bentol saja. Atau paling juga umpatan-umpatan dari manusia yang mereka hisap darahnya. "Nyamuk sialan...nyamuuukk sialan", begitu saja dan mereka tinggal terbang menjauhinya sambil tertawa terbahak-bahak, atau bahkan justru semakin mengerjai dengan terbang sekencang-kencangnya berputar-putar mengelilingi kepala atau kuping si manusia sambil berteriak.. "nguiiingggg....nguuiiing....". Kadang aku hanya bisa tertawa melihat dari jauh jika teman-teman sudah berbuat seperti itu.
Kita menyebutnya "PERMAINAN JET COASTER". Aturannya adalah siapa yang bisa terbang paling banyak mengelilingi kepala atau kuping manusia, dia adalah pemenangnya. Tentunya syarat utamanya adalah berteriak sekencang-kencangnya... "nguuiinngg..nguuiingg". Biasanya kita mencari manusia yang sedang tidur untuk kita jadikan "arena permainan", tetapi justru lebih menegangkan kalau sang manusia itu tidak tidur. Tentunya permainan ini sangat berisiko. Risiko mati tergencet tangan-tangan manusia. Aku ngeri membayangkannya.
Dan sekarang aku sangat lapar. Tubuh lemas. Sayap serasa berat. Sangat banyak manusia di sini, tapi aku tak mau mati tergencet tangan-tangan mereka, badanku lemas, bisa-bisa aku kalah cepat dengan tangan-tangan mereka. Tetapi akupun tak mau mati kelaparan.
Sudah menjadi garis hidup kami. Untuk makanpun selalu risikonya adalah mati. Makan untuk hidup tetapi makan juga yang akan membawa kita pada kematian. Aku iri dengan manusia. Kenapa aku tak dilahirkan saja sebagai manusia. Mereka makhluk sempurna. Dan untuk makan pun mereka tak perlu menanggung risiko untuk mati. Setidaknya begitulah yang aku lihat dari atas langit kampung kumuh ini. Meskipun kemarin aku sempat mencuri dengar dua manusia yang sedang mengobrol.
"Alangkah terkutuknya para pejabat-pejabat itu!!! Mereka makan uang rakyat bermilyard-milyard. Dasar pembunuh rakyat!!" kata manusia yang kesatu.
"Iya benar, kita jadi korban mereka!!! Kita dibunuh oleh pejabat-pejabat sialan itu. Mereka membunuh hak kita. Mereka membunuh kesejahteraan kita!!" kata manusia yang kedua tak kalah emosionalnya.
Aku hanya mendengarkan dari atas. Aku tak banyak mengerti apa yang mereka bicarakan. Mereka bicara korupsi, mafia hukum, ketidakadilan dan berbagai macam lainnya yang aku tak mengerti. Manusia memang aneh, berbicara dibunuh tetapi kenyataanya mereka masih hidup. Namun tetap saja aku iri terhadap mereka.
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar